Paling utama tidak mendukung Prabowo Subianto menjadi presiden adalah kelompok negara-negara asingyang telah menguasai Indonesia, terutama Amerika Serikat dan sekutunya.Media New York Times pada 26 Maret 2014 lalu memberitakan bahwa Amerika tidak mendukung Prabowo Subianto karena dianggap mengancam kepentingan Amerika Serikat di Indonesia. Amerika Serikat diketahui banyak menguasaitambang di Negara ini, seperti perusahaan tambangan besar Freeport yang merupakan perusahaan tambang emas terbesar di dunia.
Sikap Prabowo yang berlatar belakang militer punya sikap tegas dan terus menggelorakan nasionalisme kepada pendukungnya, membuatAmerika bergidik oleh karena itu tidak mendukung Prabowo. Amerika menganggap Prabowo Subianto adalah ancaman seriusbagi kelangsungan PT Freeport yang sudah sejak 1967 mengeruk kekayaan Indonesia.SementaraProvinsi Papua yang memiliki lahan tambang emas itu masyarakatnyamasih tetap hidup dalam kemiskinan.Perusahaan Yahudi-McMoran itu hanya memberi Indonesia 1% saja.
Atas sikap Amerika terhadap Prabowo ini menunjukkan negaranya Barack Obama itu memiliki campur tangan yang kuat terhadap hasil pilpres 2014 nanti. Amerika merasa takut dengan Prabowo karena sikapnya dikenal tidak ada kompromi dengan kepentingan asing yang merugikan bangsa dan negara. Oleh karena itu Amerika Serikat dinilai akan berupaya berupa kerasmenggagalkan rencana mantan Danjen Kopassus memimpin NKRI.Amerika akan mencari alternative lain sosok lain untuk Presiden RI yang akan mengamankan kuasanya di negeri ini.
Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, di ViVAnews mengatakan ketakutan Australia ketakutan apabila Prabowo dan Hatta Rajasa yang terpilih, maka kebijakan luar negeri yang diambil Presiden RI itu akan lebih mementingkan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia.“Apabila Prabowo yang naik jadi presiden, ujar Hikmahanto, tidak bakal ada kompromi. Itu sebabnya, Australia cukup khawatir bila Prabowo berkuasa,” ujar dia.
Upaya penjegalan Prabowo Subianto agar tidak dipilih oleh masyarakat menjadi Presiden RI, dengan salah satu cara membunuh karakter dan nama baiknya.Opini dan isu buruk tentang Prabowo Subianto gencar dimunculkan ke publik melalui pemberitaan media massa maupun kelompok yang bermain di media sosial.
Yang paling santer kampanye hitam untuk Prabowo Subianto dengan kembali membangun opini publik peristiwa penculikan aktifis mahasiswa 98. Prabowo yang saat masih menjabat Dan Kopassus selalu dikaitkan sebagai dalang dan orang yang paling bertanggungjawab atas hilangnya beberapa mahasiswa yang saat ini belum juga kembali akibat penculikan tahun itu.
Kelompok yang besebrangan dengan Prabowo Subianto menganggap isu ini seksi untuk menurunkan elektablitas Ketua Pembina Partai Gerindra.
Kini tinggal masyarakat luas menilai opini yang dibangun fakta atau hanya opini yang tidak ada bukti bukti nyata bahwa Prabowo Subianto adalah dalang penculikan dan penghilangan aktifis mahasiswa 98. Tetap harus diakui, jika Prabowo terlibat dalam penculikan mahasiswa pada waktu itu.Akan tetapi ada kelompok lain yang tanpa sepengetahuannya juga ikut bergerak menculik para mahasiswa.
Logikanya jika Prabowo Subianto benar-benar dalang penculikan dan penghilangan mahasiswa, mustahil mantan-mantan aktifis mahasiswa anyak yang bergabung mendukung Prabowo Subianto.
Bahkan manta Ketua Umum Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) Andi Arief seperti dikutipsitus media online menuding ada petualang politik yang memanfaatkan isu penculikan 1998. Andi Arief merupakan pimpinan PRD Bawah tanah dan juga salah seorang aktivis yang sempat diculik pada masa itu. Menurut dia,telah terjadi kapitalisasi isu penculikan dalam momentum pilpres ini oleh kedua capres beserta tim suksesnya. “Banyak fihak yang telah mendistorsi isu penculikan ini menjadi jauh dari kenyataan yang sesungguhnya,” ujar Andi Arief, Minggu 25 Mei 2014.
Andi Arief mengatakan, sejak awal paling paham dan paling bertanggungjawab atas nasib aktivis yang sudah kembali maupun yang masih dinyatakan hilang. “Karena kami sebagai pimpinan atau komando perjuangan melawan kediktatoran Soeharto di masa itu. Sampai hari ini kami tetap bertanggung jawab dan fokus pada pencarian dengan cara kami. Kami menolak penggunaan isu yang dilakukan oleh avonturir politik yang kami tahu mereka hanya mengambil keuntungan dari isu ini,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam.
Bahkan manta Ketua Umum Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) Andi Arief seperti dikutipsitus media online menuding ada petualang politik yang memanfaatkan isu penculikan 1998. Andi Arief merupakan pimpinan PRD Bawah tanah dan juga salah seorang aktivis yang sempat diculik pada masa itu. Menurut dia,telah terjadi kapitalisasi isu penculikan dalam momentum pilpres ini oleh kedua capres beserta tim suksesnya. “Banyak fihak yang telah mendistorsi isu penculikan ini menjadi jauh dari kenyataan yang sesungguhnya,” ujar Andi Arief, Minggu 25 Mei 2014.
Andi Arief mengatakan, sejak awal paling paham dan paling bertanggungjawab atas nasib aktivis yang sudah kembali maupun yang masih dinyatakan hilang. “Karena kami sebagai pimpinan atau komando perjuangan melawan kediktatoran Soeharto di masa itu. Sampai hari ini kami tetap bertanggung jawab dan fokus pada pencarian dengan cara kami. Kami menolak penggunaan isu yang dilakukan oleh avonturir politik yang kami tahu mereka hanya mengambil keuntungan dari isu ini,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam.
sumber : www.kompasiana.com
0 Response to "Alasan Kelompok Penjajah Tak Inginkan Prabowo Subianto Jadi Presiden RI"
Posting Komentar